Granit 50 Ton Ditarik Perahu Sejauh 900 Km

Hari kedua di Kota Aswan saya memanfaatkan untuk menelusuri tambang batu granit. Saya penasaran, karena menurut catatan sejarah, sejumlah situs bersejarah menggunakan batu granit Aswan sebagai pelapis bangunan pentingnya. Di antaranya Chamber of The King alias ruang mumi Firaun yang ada di Piramida Giza.

Saya sempatkan menelusuri tepian Sungai Nil dengan perahu Nubia. Ternyata benar, di sepanjang tepian sungai terpanjang di dunia itu banyak terdapat bukit granit merah keabu-abuan. Setelah itu, saya naik mobil lagi untuk menyusuri perbukitan di sekitar Aswan. Lagi-lagi, saya menemukan sejumlah kawasan yang mengandung batu granit merah dengan kualitas tinggi.

Salah satunya terdapat di tengah Kota Aswan. Di suatu tempat yang dikenal dengan namaUnfinished Obelisk. Kawasan itu dinamakan demikian karena ada sebuah tugu peninggalan sejarah yang unik, dari zaman Firaun perempuan bernama Hatshepsut pada abad ke-15 SM (sebelum Masehi). Tugu utuh sepanjang sekitar 30 meter itu masih melekat di bukit granit. Tugu itu tidak bisa dipindahkan karena bagian bawahnya memang masih utuh, menyatu dengan pertambangan granit di situ.

Granit Aswan disukai para Firaun untuk melapisi bagian tertentu piramida agar bisa bertahan ribuan tahun. Sebab, sebagian besar piramida itu memang dibangun dari batu kapur yang tidak sekeras granit, sehingga mudah lapuk termakan usia. Sedangkan granit dengan kepadatan yang lebih tinggi memiliki kekerasan dan daya tahan lebih lama, serta memberikan hawa sejuk di dalam ruangan.

Hanya, yang masih membuat penasaran para peneliti peradaban Mesir kuno adalah bagaimana para pekerja di zaman itu membawa bongkahan-bongkahan granit berukuran besar dari Aswan ke Giza. Sebab, bagian atas Chamber of The King ternyata terbuat dari batu granit utuh seberat 50 ton. Selain itu, tergambar dalam lukisan papirus, mereka membawa obelisk berukuran puluhan meter dalam keadaan utuh dengan perahu menuju muara Sungai Nil. Di daerah Alexandria ditemukan lokasi obelisk seperti yang tergambar dalam lukisan-lukisan itu.

Berdasar catatan dan lukisan pada kertas papirus, batu granit Aswan dibawa ke Giza yang berjarak lebih dari 900 km dengan perahu. Mereka memanfaatkan Sungai Nil sebagai jalur transportasi. Tetapi, perahu sebesar apakah yang mampu mengangkut batu seberat itu? Bagaimana pula teknis loading-nya supaya perahu tidak tenggelam? Bagaimana caranya agar batu itu bisa sampai ke kompleks Piramida Giza, bahkan dinaikkan ke bagian paling atas piramida pada ketinggian sekitar 100 meter dari atas tanah itu?

Sebagian pertanyaan itu kini mulai terjawab. Di sebelah Piramida Giza terdapat sebuah perahu yang dikenal sebagai Solar Barque alias Perahu Matahari. Perahu itu dipercaya sebagai alat angkut batu-batu piramida yang besar-besar dan berat-berat. Tetapi, menurut perkiraan para ahli, Perahu Matahari hanya memiliki kemampuan angkut sekitar 30 ton. Jadi, bagaimana perahu itu bisa mengangkut batu 50 ton?

Seorang ilmuwan Jerman Franz Lohner memberikan gambaran bahwa batu bertonase tinggi itu dimuat dua perahu yang bergerak secara paralel dengan dihubungkan papan pengangkut batu di bagian tengahnya. Jadi, dua perahu itu seperti menjadi ''pemikul'' di kanan kiri batu. Dengan cara ini, bobot batu 50 ton bisa terangkut oleh dua perahu ''pemikul'' itu.

Selain itu, saat bongkar muat menjadi lebih rasional dan tidak membuat perahu oleng ataupun tenggelam. Pasalnya, batu granit tersebut up-loaded dari arah depan perahu langsung ke arah papan pengangkut dengan menggunakan papan miring yang diberi gelondong kayu sebagairoller-nya. Begitu juga sebaliknya, ketika down-loaded.

Setelah itu, dua perahu ''pemikul'' itu ditarik perahu lain di depannya, mengikuti aliran Sungai Nil menuju Giza. Untuk menempuh jarak 900 km itu, perjalanan perahu membutuhkan waktu sekitar sebulan. Itu karena kecepatan aliran Sungai Nil hanya berkisar 30 km per hari.

Masyarakat Mesir kuno ternyata tidak asing dengan ilmu-ilmu fisika dan matematika terkait dengan konstruksi bangunan. Bahkan, mereka termasuk ahli di dalam bidang ini, sehingga bisa membuat bangunan-bangunan megah dan menakjubkan seperti istana Firaun dan berbagai piramida tempat mereka dimakamkan dan bisa bertahan ribuan tahun. Mereka memanfaatkan hukum alam yang telah tersedia di sekitarnya dengan sangat cerdas dan cerdik.

Maka, sesampai di kawasan Giza, perahu pengangkut bebatuan granit itu dibelokkan lewat kanal-kanal menuju depan kompleks piramida, dengan cara ditarik oleh ratusan orang. Dugaan itu menjadi rasional karena ternyata di antara Sungai Nil dan kompleks piramida memang ada kanal tua yang disebut Kanal Memphis. Kanal itu berujung di sebelah patung Spinx, singa berkepala manusia, di dekat Piramida Cheops.

Pelajaran bagi Orang Berakal

Alam diciptakan Allah dengan sunnatullah yang sempurna. Siapa saja yang mempelajari hukum alam dengan baik, dia akan memperoleh kemudahan dalam hidupnya. Sebab, berbagai fasilitas sudah disediakan oleh sang Pencipta. Manusia tidak pernah menciptakan apa pun. Kita tinggal memanfaatkan belaka. Itu pula yang dilakukan penduduk Mesir kuno saat mengangkut batu-batu raksasa superberat tersebut.

Gaya angkat air yang menyebabkan kapal bisa mengapung di sungai atau lautan, gaya angkat udara yang menyebabkan pesawat bisa terbang, gaya gravitasi bumi yang menyebabkan benda jatuh ke bawah, gaya magnet, gaya listrik, sampai gaya nuklir yang menyatukan partikel-partikel di tingkat inti atom, semua adalah hukum alam yang diciptakan sang Penguasa. Hanya manusia berakal yang bisa mengambil pelajaran dari semua itu. Entah dia beragama atau tidak. Sebab, sesungguhnya Allah adalah Zat Yang Maha Pemurah kepada siapa saja.

Karena itu, dalam berbagai firman-Nya, Allah menyadarkan peran Tuhan dalam kehidupan manusia. ''Tuhanmu adalah yang mela yarkan kapal-kapal di lautan untukmu, agar kamu mencari sebagian karunia-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyayang terhadapmu (QS. 17:66). Dan, sesungguhnya telah Kami jadikan kapal itu sebagai pelajaran, maka adakah orang yang mau mengambil pelajaran? (QS. 54: 15).''
(Sumber : Jawa Pos - Jelajah Sungai Nil, sebuah perjalanan spiritualitas)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar