KHUTBAH JUM'AT

SEBAB RAHMAT ALLAH DI CABUT DARI MUKA BUMI Jamaah shalat Id Rahimakumullahu Alhamdulillah, hari ini kita kembali merayakan Idul Fitri. Sebagaimana tahun-tahun yang lalu, hari ini adalah hari yang menandakan berakhirnya bulan Ramadhan, berakhirnya hari-hari penuh berkah, berakhirnya tarbiyah Rabbaniyah kepada kita. Sebulan lamanya kita melakukan tarbiyah Ramadhan dengan menunaikan puasa, shalat, qiyam, tilawah, dzikir, doa, mengeluarkan zakat, infak dan shadaqah. Kita sangat berharap pada hari ini kita bisa menjadi orang yang bertaqwa, orang yang dijanjikan oleh Allah mendapat kemenangan. Menang atas binalnya hawa nafsu kita, menang atas lemahnya godaan setan, menang atas semua kegelisahan yang mempermainkan perasaan kita, dan menang atas ketidakberdayaan dan kemalasan yang senantiasa ada dalam diri kita. Sudah selayaknya pada hari ini kita semua bergembira. Berbahagia. Gembira karena telah berhasil menunaikan semua kewajiban ibadah Ramadhan. Bahagia karena kita menjadi manusia baru, kembali kepada fitrah. Insya Allah, kita semua bersih kembali seperti bayi yang baru lahir. Hari ini adalah hari yang penuh berkah dan rahmat dari Allah swt. Yang dilimpahan kepada seluruh kaum muslimin yang beriman. Pada hari ini hamba-hamba Allah yang beriman dikembalikan kepada kesucian yaitu suci jiwanya untuk menghadap sang kholiknya yakni Allah swt. Semenjak kemarin sore sejak matahari terbenam kita menyaksikan kaum muslimin dan muslimat dari berbagai golongan dan dari berbagai Negara, yang kecil, yang tua, yang muda, yang berpangkat, yang rakyat jelata, yang kaya dan yang miskin semuanya mengagungkan asma Allah gegap gempita mengumandangkan takbir, tahlil dan tahmid. Suara itu menggema bersaut-sautan di angkasa raya, membuat orang-orang beriman semakin tunduk dan tawadhu’ kepada Allah swt. Dan menjadikan hati orang-orang kafir semakin kecut dan kecil. Orang-orang mukmin duduk bersimpuh mengagunggkan asma Allah, karena Dialah yang Maha Besar, Dialah yang Maha Agung. Kebesarannya meliputi seluruh jagad raya ini. Allah berfirman dalam surat az-Zukruf ayat 84-86 : Artinya : “ dan Dialah Tuhan (yang disembah) di langit dan Tuhan (yang disembah) di bumi dan Dialah yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui dan Dia Maha Suci, Tuhan yang memiliki kerajaan langit dan bumi dan apa yang saja yang ada di antara keduanya. Dan di sisi-Nyalah pengetahuan tentang hari kiamat dan hanya kepada-Nyalah kamu dikembalikan. Dan sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah tidak dapat memberikan pertolongan (syafaat) akan tetapi (orang-orang yang dapat memberi syafaat) adalah orang-orang yang mengakui yang haq (tauhid) dan yang mereka menyakininya (yaitu Muhammad SAW). الله اكبر, الله اكبر, و لله الحمد Jamaah shalat Id Rahimakumullahu Kita ini adalah makhluk yang dloif, makhluk yang kecil yang sudah seharusnya bertakbir, bertahlil dan bertahmid mengharap berkah dan rahmat dari-Nya. Dengan kemurahan-Nya, berkah Allah dan rahmat-Nya, Allah telah mengantarkan kita bersimpuh di hadapan-Nya. Ingatah sesungguhnya kita ini tadinya adalah setetes air yang hina yang diolah dan dibesarkan oleh Allah swt, di dalam rahim seorang ibu, kemudian kita dibentuk oleh Allah menjadi manusia. Seperti itulah saya, seperti itulah jamaah sekalian, seperti itulah seorang camat, bupati, gubernur presiden dan seperti itulah para cendekia, para pemimpin bangsa dan Negara. Allah menjelaskan asal usul kejadian manusia dengan firman-Nya, surat al-Mukminuun ayat 14 : Artinya : “ kemudian air mani itu kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami jadikan segumpal daging. Dan segumpal daging itu kami jadikan tulang belulang. Lalu tulang belulang itu kami bungkus dengan daging. Kemudian kami jadikan ia makhluk yang (berbentuk) lain. Maha Suci Allah pencipta yang paling baik. Kita sekalian adalah hamba Allah, kita tidak akan sanggup dan tidak mungkin akan sanggup melepaskan diri dari Allah, karena sesudah kita ditebarkan di muka bumi oleh Allah, kita masih sangat memerlukan petunjuk dan perlindungan dari-Nya. Mari bersama-sama kita buka perbendaharaan sejarah bagaimana umat-umat sebelum kita yang mencoba untuk melepaskan diri dari petunjuk Allah swt, atau dengan kata lain mereka lupa bahwa mereka adalah makhluk ciptaan Allah, mereka lupa bahwa mereka adalah produk-produk yang dirancang dan ditaburkan Allah swt. Di muka bumi, sehingga mereka tidak mengindahkan batas-batas dan ketentuan-ketentuan Allah. Akhirnya mereka hanya menemui kemusnahan, ditimpa dengan berbagai macam bencana kesengsaraan yang diturunkan oleh Allah sebagai sebagai peringatan dan akhirnya bangsa itupun dilenyapkan oleh Allah swt dari peredaran zaman. Allah mengisahkan hal ini dengan firman-Bya di dalam surat ar-Ruum ayat 9 : Artinya : “ tidaklah mereka berjalan dan memperhatikan perjalanan sejarah dimuka bumi perhatikannlah bangsa-bangsa sebelum mereka, mereka itu lebih kuat daripada mereka (yang sekarang) mereka telah mengolah tanah dan menyuburkannya lebih baik daripada yang mereka lakukan. Dan telah datang kepada mereka Rasul-rasul dengan buku yang nyata, maka Allah tiada hendak menganiaya meraka (ketika mereka ditumbangkan dari muka bumi) akan tetapi merekalah yang berlaku dzalim terhadap diri mereka sendiri”. Jadi, walau bagaimanapun kuat dan makmurnya suatu bangsa, apabila melupakan penciptanya, menjauhkan diri dari penciptanya maka akan berakibat kehancuran dan kesengsaraan bagi bangsa itu sendiri. Allah telah mengingatkan kita semua dengan firman-Nya dalam surat al-A’raf ayat 96 ; Artinya : “ apabila suatu penduduk masyarakat (tempat penduduk suatu keluarga), mereka itu beriman dan bertaqwa kepada Allah, maka (Allah) akan membukakan kepada mereka pintu-pintu berkah dari langit dan dari bumi. Namun apabila mereka mendustakan (tidak mengindahkan ayat-ayat Allah), maka akan kami sengsarakan mereka karena ulah tangan mereka sendiri”. Kita semua ketika dilahirkan oleh Allah ke dunia ini adalah sebagai khalqan aakhar telah membawa rahmat dari Allah, kita telah dirahmati dengan paru-paru, mata, pendengaran, penglihatan dan lain-lain. Kemudian Allah menambahkan lagi rahmat-Nya kepada kita berupa harta, anak-anak, jabatan, kedudukan. Kesemuanya itu memerlukan berkah dari Allah agar supaya rahmat Allah tersebut dapat membuahkan kebahagiaan dan keselamatan dalam hidup kita. الله اكبر, الله اكبر, و لله الحمد Jamaah shalat Id Rahimakumullahu Manusia sangat memerlukan bahkan sangat bergantung kepada berkah dari Allah, karena rahmat yang dilimpahkan Allah akan bisa berubah menjadi fitnah dan azab, apabila berkahnya diangkat oleh Allah swt. Sebagai contoh yang sangat kecil ditengah kita, hujan adalah suatu rahmat dari Allah yang dapat menyuburkan dan menghidupkan tumbuh-tumbuhan dan buah-buahan disekeliling kita, namun apabila berkah Allah diangkat, maka hujan itu akan mengakibatkan banjir yang menyengsarakan masyarakat di sekelilingnya. Demikian pula dengan dengan segala tingkah laku manusia, termasuk umur manusia itu sendiri, sangat pasti memerlukan berkah dari Allah swt. Negara, masyarakat ataupun suatu keluarga, jika menginginkan agar Allah membuka pintu berkah-Nya kepada mereka, maka masyarakat tersebut harus betul-betul hidup dengan penuh keimanan yakni hidup dengan berpegang teguh kepada aqidah yang bersih dari syirik, khurafat dan bid’ah. Mereka harus bergerak melangkah menuju kehidupan yang berdiri di atas pondasi iman dan taqwa. Marilah kita lihat salah astu peringatan Rasulullah kepada umatnya, bahwa diantara sebab diangkatnya berkah Allah adalah karena iman mereka telah terjangkiti dan terkontaminasi oleh unsur untuk mencapai kepentingan materi dengan tanpa menghiraukan batas-batas Allah swt. Rasulullah bersabda di dalam hadits yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim : لا تزال يد الله على هذه الامة ما لم يعظم ابرارهم فجارهم وما لم يرفق خيارهم شرارهم وما لم يمل قراؤهم الى امارائهم, فاذ فعلوا ذلك رفع الله عنهم البركة وسلط عليهم جبا برتهم وقذب في قلوبهم الرعب وانزل عليهم الفاقة Artinya : “ Allah tetap akan melindungi umat ini, selama: orang-orang yang beriman tidak mengagung-agungkan orang yang berbuat maksiat, orang-orang yang baik (para ahli hukum) tidak berlaku lunak kepada mereka yang bersalah, para ahli agama tidak menjilat kepada penguasa di lingkungan mereka. Apabila ketiga perkara itu telah merata dilakukan oleh umatku, maka Allah akan mencabut berkah (dari umatku) dan apabila berkah Allah telah terangkat, maka Allah akan menjadikan para pemimpin mereka berhati keras, Allah akan mengirimkan rasa takut dalam diri mereka, kemudian Allah akan mengirimkan kesengsaraan di dalam masyarakat tersebut ”. Demikian gambaran yang dipaparkan di dalam al-Qur’an maupun hadits Rasulullah saw, mengenai apa saja yang akan terjadi di dalam suatu masyarakat apabila berkah Allah telah tercabut dari tengah-tengah masyarakat tersebut. Allah akan mencabut berkah-Nya dari suatu kaum karena tingkah polah mereka yang telah memasukkan unsur-unsur kebohongan di dalam hidup mereka, kemudian Allah akan mencampakan kehidupan mereka dengan bermacam-macam musibah karena perbuatan mereka sendiri, seperti yang telah terjadi di Negara kita tercinta ini. Untuk itu, peliharalah berkah Allah dengan sebaik-baiknya, mohonlah kepada Allah dengan keimanan dan ketaqwaan kita supaya Allah tetap menurunkan berkahnya dari langit dan dari bumi, sehingga keseluruhan gerak langkah kita diberkahi oleh Allah swt yang telah menciptakan kita dari setetes air yang hina menjadi manusia yang berarti dan terhormat ini. Hanyalah berkah Allah yang dapat menghantarkan kita kepada kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Hanya berkah Allah yang dapat menjadikan ladang-ladang kita subur, lembah-lembah hijau makmur, ekonomi kita membaik, keadilan dapat merata kepada seluruh lapisan masyarakat. الله اكبر, الله اكبر, و لله الحمد Jamaah shalat Id Rahimakumullahu Sebelum mengakhiri khutbah ini, marilah kita menghayati dan meresapi firman Allah swt. Dalam surat al-A’raf ayat 199 Artinya : “ jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf serta berpalinglah dari orang-orang yang bodoh “. Berlandaskan pada ayat tersebut di atas, pada kesempatan shalat idul fitri pagi ini, marilah kita melakukan tiga hal yang dapat dijadikan sebagai permulaan untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah swt., yaitu : 1. Berani dan rela memberikan serta meminta maaf Kalau kita merasa bersalah maka bersegeralah meminta maaf kepada saudara yang telah kita salahi, karena sesungguhnya dosa diantara manusia akan dihitung dan dibalas oleh Allah kecuali telah dimaafkan oleh yang bersangkutan. Untuk itu marilah kita saling memaafkan tidak memandang peranan dan posisi kita sebagai apa. Jangan karena posisi kita gengsi untuk meminta maaf dan mencegah untuk saling memaafkan antara satu dengan yang lainnya. Karena sesungguhnya perasaan gengsi dan sombong adalah sifat dari iblis dan kesombongan inilah yang menyebabkan setan terusir dari rahmat Allah. Kita tidak akan mendapatkan rahmat Allah untuk dapat kembali kepada kesuciaan, apabila pada hari ini kita masih menyimpan perasaan gengsi dan sombong untuk meminta maaf kepada sesama saudara kita. 2. Amar ma’ruf dan nahi munkar Ajaklah keluarga kita dan masyarakat kita untuk selalu taat kepada Allah serta berbuat baik karena Allah. Kita biasakan untuk selalu mengajak dengan baik, berlaku adil dan menyuruh manusia untuk berbuat baik dan taat kepada Allah swt, sehingga kita dapat terlepas dari ancaman adzab neraka. 3. Berpalinglah dari segala kejahilan (kebodohan) Allah menyuruh kita sekalian untuk meninggalkan segala bentuk dosa dan kejahilan. Allah memeritahkan kepada kita agar berpaling dari segala perbuatan yang kejam dan sewenang-wenang. Allah memerintahkan kita supaya kita tidak bercampur atau berkelompok dengan orang-orang yang jahil yang tidak takut kepada Allah. Allah memerintahkan kepada kita agar berpaling dari orang-orang yang memperolok-olokan agama Allah dan rasul-Nya. Marilah kita ikuti ketiga perintah Allah ini dengan baik-baiknya agar rahmat dan berkah Allah bisa selalu dilimpahkan kepada kita semua sehingga Negara kita, masyarakat kita, keluarga kita dijauhkan dari adzab Allah dan selalu memberikan kebahagiaan kepada kita semua baik di dunia maupun di akhirat kelak. Amin ya rabbal ‘alamiin. Maksiat Penduduk Negeri
Kaum muslimin rahimakumullah
Taqwa adalah bekal seorang hamba ketika ia menghadap kepada Sang Pencipta, bekal yang kelak menjadi hujjah baginya di hadapan Tuhannya, bahwa kehidupannya dialam dunia telah dipergunakan sebaik-baiknya. Untuk itulah wahai kaum Muslimin sekalian, marilah kita perbaiki dan satukan niat serta tekad, untuk meraih predikat golongan mahluk Allah yang muttaqin yang selalu meninggalkan apa-apa yang dilarang oleh Allah dan RasulNya, untuk dapat mengambil apa-apa yang telah dijanjikan, berupa kehidupan yang baik di dunia dan Surga yang abadi kelak di akhirat.

“Berbekallah dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah taqwa”. (Al-baqarah: 197).

“Sesungguhnya orang-orang bertaqwa itu berada dalam Surga (taman-taman) dan (didekat) mata air-mata air yang mengalir”. (Al-Hijr: 45).
Kaum muslimin rahimakumullah
Allah ciptakan mahluk dan Allah sertakan bersama mereka nabi-nabi dan rasul-rasul sebagai utusan yang menerangkan dan menjelaskan konsep tatanan hidup selama berada di alam yang serba cepat dan fana ini, Allah turunkan pula kitab-kitab-Nyabersama para utusan-utusan itu, sebagai aturan main di dalam dunia, baik hubungan sesama mahluk, lebih-lebih hubungan mahluk dengan penciptanya. Di antara kitab-kitab yang Allah turunkan ialah Al-Qur'an, mu’jizat nabi mulia yang menjelaskan tuntunan Allah, aturan terakhir penutup para nabi dan rasul.

“Sesungguhnya kami telah pengutusmu (muhammad) dengan kebenaran sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan”. (Al-Baqarah: 119).
Allah turunkan Al-Qur’an untuk menyelesaikan masalah-masalah di antara mereka dan juga untuk mengingatkan mereka akan yaumul mii’aad yaitu hari pembalasan terhadap apa-apa yang telah dilakukan oleh para penghuni alam dunia.

“Dan Kami turunkan kepadamu Al-Qur’an agar kamu menerangkan kepada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka memikirkan”. (An-Nahl: 44).
Kaum muslimin rahimakumullah
Akan tetapi di balik semua itu, realita yang terjadi, kita sering dan teramat sering dikejutkan dan dibuat prihatin dengan musibah yang acap kali menimpa negeri ini. Masih terngiang ditelinga kita peristiwa meletusnya gunung Merapi yang terjadi beberapa waktu yang lalu, yang memakan korban manusia dan memaksa mengungsi dari tempat-tempat tinggal mereka, banjir yang berujung pada tsunami yang berulang kali terjadi di beberapa tempat, padahal baru kemarin kita merasakan bagaimana pilu da sedihnya saudara-saudara kita yang terkena banjir lumpur di Wasior, bahkan yang harus diwaspadai adalah gunung di beberapa tempat sudah mulai aktif kembali dan siap memuntahkan isi kandungannya.
Huru-hara terjadi diberbagai kota diiringi hancurnya tempat-tempat tinggal dan pusat-pusat keramaian dengan kobaran api yang melalap baik materi maupun sosok-sosok jiwa sebagai pelengkapnya, pembantaian yang telah dan terus berlangsung secara biadab terjadi di beberapa tempat dan entah berapa tempat lagi yang akan terjadi di belahan negeri ini, busung lapar anak manusia di negeri ini sering kita dengar meskipun konon katanya kita berada di negeri subur nan tropis yang gemah ripah loh jinawi, dan dihantam pula dengan belum stabilnya nilai rupiah yang mengakibatkan krisis moneter yang berdampak kemiskinan, pengangguran dan kelaparan masih saja kita rasakan, penyakit-pernyakit aneh dan kotor mulai merebak dan meng-gerogoti penduduk negeri ini dan berbagai musibah yang telah menghadang di hadapan mata, termasuk di dalam hancurnya generasi-generasi muda penerus bangsa ini disebabkan terha-nyut dan tenggelam bersama obat-obat setan yang terlarang.
Apakah adzab telah mengintai negeri ini, dikarenakan kita telah mengabaikan atau bahkan meremehkan risalah kenabian yang di bawa oleh Nabi Muhammad. Apakah kita akan menjadi seperti kaum Nuh yang Allah tenggelamkan dikarenakan mendustakan seorang rasul, atau kaum Tsamud yang disebabkan tak beriman, membusungkan dada dan menantang datangnya adzab, Allah jadikan mereka mayat-mayat yang bergelimpangan dengan gempa yang mengguncang mereka, atau seperti kaum Luth yang dikarenakan perzinaan sesama jenis, homosexsual, Allah hujani mereka dengan batu, atau seperti kaum Madyan yang Allah jadikan mereka mayat-mayat yang bergelimpangan disebabkan curang dalam takaran dan timbangan serta membuat kerusakan dimuka bumi dan menghalangi orang untuk beriman, atau seperti kaum ‘Aad yang disebabkan tidak memurnikan tauhid dan bersujud kepadaNya, Allah kirim kepada mereka angin yang sangat panas yang memusnahkan mereka.
Kaum Muslimin yang di muliakan oleh Allah
Kaum-kaum terdahulu Allah hancurkan dan luluh lantahkan disebabkan satu dua kemungkaran yang dikepalai kesyirikan, sekarang bagaiman dengan kita, apa yang kita saksikan dan alami sekarang ini, apa yang terjadi ditempat kita, lingkungan kita, dikota kita, dan bahkan di seantero negeri kita?, maksiat terjadi dimana-mana, pergaulan lawan jenis dan perzinaan yang keluar dari norma-norma agama semakin menggila, ditambah lagi media-media masa visual dan non-visual ikut melengkapi ajang syaitan ini dengan dalih seni dan hak-hak asasi manusia, padahal Allah dan RasulNya telah jelas-jelas mengharamkan hal tersebut. Firman Allah :

“Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan jalan yang buruk” (Al-Isra’: 32).
Dan dalam sebuah hadits shahih Rasul bersabda:
مَنْ وَجَدْتُمُوْهُ يَعْمَلُ عَمَلَ قَوْمِ لُوْطٍ فَاقْتُلُوا الْفَاعِلَ وَالْمَفْعُوْلَ بِهِ.
“Barangsiapa di antara kalian yang menemui mereka yang melakukan perbuatan kaum Luth (homosexsual) maka bunuhlah kedua pelakunya”. (riwayat Abu dawud dan At-Tirmidzi).
pertanyaan bagi kita semua, Kemana hak Allah dan RasulNya?. Kecurangan dalam perniagaan yang terjadi pada kaum Madyan pun terjadi sekarang, kecurangan bukan hanya curang dalam timbangan secara zhahir, tetapi penindasan, tipu muslihat, sampai kepada sogok menyogok dan riba pun seakan suatu yang harus dilakukan, kemana firman Allah:

“Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang”. (Al-Muthaffifin:1).
Dan Rasulpun melaknat orang yang menyogok dan yang disogok, sebagaimana hadis shahih yang diriwayatkan oleh At-Tirmidzi, Abu Daud, Ibnu Majah, dan Imam Ahmad.
Berbagai bentuk perjudian pun digelar, pembunuhan yang tanpa memperhitungkan nilai kemanusiaan dan agama pun terus terjadi silih berganti, padahal Rasul Shalallaahu alaihi wasalam telah memperingatkan untuk meninggalkan tujuh hal yang menghancurkan.
اِجْتَنِبُوا السَّبْعَ الْمُوْبِقَاتِ. قِيْلَ: يَا رَسُوْلَ اللهِ وَمَا هُنَّ؟ قَالَ: الشِّرْكُ بِاللهِ وَقَتْلُ النَّفْسِ الَّتِيْ حَرَّمَ اللهُ إِلاَّ بِالْحَقِّ وَالسِّحْرُ وَأَكْلُ الرِّبَا وَأَكْلُ مَالِ الْيَتِيْمِ وَالتَّوَلِّيْ يَوْمَ الزَّحْفِ وَقَذْفُ الْمُحْصَنَاتِ الْغَافِلاَتِ الْمُؤْمِنَاتِ.
Yang artinya: “Jauhilah tujuh hal yang menghancurkan (membina-sakan)”. Bertanya para sahabat, apa itu yang Rasulullah?, bersabda beliau: “Syirik (menyekutukan Allah), membunuh jiwa yang Allah haramkan, kecuali yang dibenarkan syari’at, sihir (tenung dan santet), memakan riba, memakan (menyelewengkan) harta anak yatim, lari dari pertempuran (karena takut), menuduh wanita baik-baik berzina”. (Ash-Shahihain).
Akan tetapi semua ini berlaku, perbuatan syirik yang merupakan biang malapetaka dunia dan akhirat kini seolah telah menjadi sesuatu kebutuhan, berapa banyak kita dapati media masa yang menjajakan kesyirikan, ulama-ulama sesat menyeru umat kepada perbuatan syirik dengan membungkus sedemikian rupa untuk menipu umat, dan kini mereka telah menancapkan kaki-kaki mereka.
Kaum Muslimin
Segala sesuatunya kini telah terbalik, yang hak dikatakan dan dianggap batil, yang batil dipertahankan, dan tidak malu-malu di hadapan yang hak. Siapakah yang bertanggung jawab akan hal ini?, yang jelas kita semua bertanggung jawab, kita sebagai umara’, ulama maupun pribadi-pribadi muslim. Sebagaiman firman Allah

“Jikalau sekiranya penduduk-penduduk negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami limpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya”. (Al-A’raf: 96).
Kaum Muslimin jamaah shalat Jum’at yang mulia.
Islam adalah satu-satunya ajaran yang menjamin ketenteraman dan kesejahteraan hidup, tidak saja di dunia, tetapi bahkan di akhirat, sebab ajaran ini adalah ajaran dari Dzat yang maha memberikan jaminan bagi kebutuhan insan.
Untuk menyelamatkan negeri dan umat ini tidak lain adalah kita kembali memurnikan dan menegakkan ajaran Allah sang pencipta kita, ketika umat semakin jauh dari ajarannya semakin gencar pula azab yang akan diterima dan ditimpahkan, oleh karena itu ada baiknya kita menilik kembali perkataan Syaikh Ali Hasan Al-Atsari bahwa tidak ada jalan lain dalam mengembalikan umat dan memperbaiki umat ini kecuali dengan tashfiyah dan tarbiyah sebagaimana yang disebutkan di dalam kitabnya “At-Tashfiah wat Tarbiyah”, “Bahwa kondisi yang buruk yang menimpa kaum muslimin dewasa ini adalah akibat terlalu jauhnya mereka dari kitab Allah dan sunnah RasulNya “. Kenapa hal itu bisa terjadi, Syaikh Abdurrahman Ibnu Yahya Al-Muallimi Al-Yamani tokoh ulama salaf abad XIV H yang dinukil dalam buku At-Tashfiah wat Tarbiyah hal 19-20 bahwa hal itu terpulang pada tiga persoalan.
1. Tercampurnya ajaran yang bukan dari Islam dengan ajaran Islam.
2. Lemahnya kepercayaan orang akan apa yang menjadi ajaran Islam.
3. Tidak adanya pengamalan (penerapan) terhadap hukum-hukum Islam.
Kaum muslimin jamaah shalat Jum’at yang dimuliakan oleh Allah:
Selanjutnya beliau memberikan instruksi atau petunjuk dalam mengatur sistem tarbiyah (pembinaan) yang merupakan rangkaian dari tashfiyah, yaitu :
1. Menitik beratkan pada kebangkitan aqidah tauhid dan pembersihan dari segala bentuk bid’ah dan penyelewengan-penyelewengannya.
2. Barometer semua pembinaan adalah Al-Qur’an dan As-Sunah. Dengan praktek-praktek yang diterapkan para salafus shalih dan ulama-ulama rabbani yang mengakar pemahamannya terhadap Al-Qur’an dan As-Sunah.
3. Bahwa tarbiyah haruslah menyangkut pengarahan umum yang erat hubungannya dengan kehidupan sehari-hari, seperti keyakinan, norma-norma, adat-adat, tradisi, kegiatan kantor, politik, sosial dan seterusnya.
Kaum Muslimin rahimakumullah
Yang terakhir. Apakah keadaan dan kenyataan yang menimpa kita selama ini tidak menjadikan kita berfikir dan berbenah diri untuk hidup yang akan datang, kehidupan abadi yang menentukan sengsara atau bahagia, sebagaimana info dari Allah:

“Maka apakah penduduk negeri itu merasa aman dari kedatangan siksaan Kami kepada mereka di malam hari di waktu mereka sedang tidur”. (Al-A’raf: 97).

“Maka apakah mereka merasa aman dari adzab Allah (yang tidak terduga-duga)? Tidaklah merasa aman dari adzab Allah kecuali orang-orang yang merugi”. (Al-A’raf: 99).




12 Dalil Beribadah Kepada Allah
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
“Artinya : Wahai manusia ! Sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dan orang-orang yang sebelum kamu agar kamu bertaqwa, (Tuhan) yang telah menjadikan untukmu bumi sebagai hamparan dan langit sebagai atap, serta menurunkan air (hujan) dari langit, lalu dengan air itu Dia menghasilkan segala buah-buahan sebagai rizki untukmu. Karena itu, janganlah kamu mengangkat sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui”. [Al-Baqarah : 22]
Ibnu Katsir [1] Rahimahullah Ta’ala, menjelaskan :”Hanya Pencipta segala sesuatu yang ada inilah yang berhak disembah dengan segala macam ibadah”.[Lihat Ibnu Katsir, Tafsir Al-Qur'an Al-'Azhim, (Cairo, Maktabah Dar At-Turats, 1400H) jilid. 1 hal. 57.]
Dan macam-macam ibadah yang diperintah Allah itu, antara lain : Islam (Syahadat, Shalat, Puasa, Zakat dan Haji), Iman, Ihsan, Do’a, Khauf (takut), Raja’ (pengharapan), Tawakkal, Raghbah (penuh minat), Rahbah (cemas), Khusyu’ (tunduk), Khasyyah (takut), Inabah (kembali kepada Allah), Isti’anah (memohon pertolongan), Isti’adzah (meminta perlindungan), Istighatsah (meminta pertolongan untuk dimenangkan atau diselamatkan), Dzabh (penyembelihan) Nadzar dan macam-macam ibadah lainnya yang diperintahkan olehAllah.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
“Artinya : Dan sesungguhnya masjid-masjid itu adalah kepunyaan Allah, karena itu janganlah kamu menyembah seorang pun di dalamnya di samping (menyembah) Allah”. [Al-Jinn : 18 ]
Karena itu barangsiapa yang menyelewengkan ibadah tersebut untuk selain Allah, maka dia adalah musyrik dan kafir. Firman Allah Ta’ala :
“Artinya : Dan barangsiapa menyembah sesembahan yang lain di samping (menyembah) Allah, padahal tidak ada satu dalilpun baginya tentang itu, maka benar-benar balasannya ada pada tuhannya. Sungguh tiada beruntung orang-orang kafir itu”. [Al-Mu'minuun :117 ]
Dalil-dalil Yang Mewajibkan Seseorang Untuk Beribadah Pada Allah Azza’ Wa Jalla, antara lain :
[1]. Dalil Do’a.
Firman Allah Ta’ala :
“Artinya : Dan Tuhanmu berfirman : Berdo’alah kamu kepada-Ku niscaya akan Ku-perkenankan bagimu. Sesungguhnya, orang-orang yang enggan untuk beribadah kepada-Ku pasti akan masuk neraka dalam keadaan hina-dina”. [Ghaafir : 60 ]
Dan diriwayatkan dalam hadits :
“Artinya : Do’a itu adalah sari ibadah“
[2]. Dalil Khauf (Takut).
Firman Allah Ta’ala :
“Artinya : Maka janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku jika kamu benar-benar orang yang beriman”. [Ali 'imran : 175 ]
[3]. Dalil Raja’ (Pengharapan).
Firman AllahTa’ala.
“Artinya : Untuk itu barangsiapa yang mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal shalih dan janganlah mempersekutukan seorangpun dalam beribadah kepada Tuhannya”. [Al-Kahfi : 110 ]
[4]. Dalil Tawakkal (Berserah Diri).
Firman Allah Ta’ala :
“Artinya : Dan hanya kepada Allah-lah supaya kamu bertawakkal, jika kamu benar-benar orang yang beriman”. [Al-Maa'idah : 23 ]
“Artinya : Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah, maka Dia-lah yang akan mencukupinya”. [Ath-Thalaaq : 3 ]
[5]. Dalil Raghbah (Penuh Minat), Rahbah (Cemas) dan Khusyu’ (Tunduk).
Firman Allah Ta’ala.
“Artinya : Sesungguhnya mereka itu senantiasa berlomba-lomba dalam (mengerjakan) kebaikan-kebaikan serta mereka berdo’a kepada Kami dengan penuh minat (kepada rahmat Kami) dan cemas (akan siksa Kami), sedang mereka itu selalu tunduk hanya kepada Kami”. [Al-Anbiyaa : 90 ]
[6]. Dalil Khasy-yah (Takut).
Firman Allah Ta’ala.
“Artinya : Maka janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku”. [Al-Baqarah : 150 ]
[7]. Dalil Inabah (Kembali Kepada Allah).
Firman Allah Ta’ala.
“Artinya : Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu serta berserah dirilah kepada-Nya (dengan mentaati perintah-Nya), sebelum datang adzab kepadamu, kemudian kamu tidak dapat tertolong (lagi)”. [Az-Zumar : 54 ]
[8]. Dalil Isti’anah (Memohon Pertolongan).
Firman Allah Ta’ala.
“Artinya : Hanya kepada Engkau-lah kami beribadah dan hanya kepada Engkau-lah kami memohon pertolongan”. [Al-Faatihah : 4 ]
Dan diriwayatkan dalam hadits.
“Artinya : Apabila kamu memohon pertolongan, maka memohonlah pertolongan kepada Allah”. [3 ]
[9]. Dalil Isti’adzah (Meminta Perlindungan).
Firman Allah Ta’ala.
“Artinya : Katakanlah Aku berlindung kepada Tuhan yang Menguasai subuh”. [Al-Falaq : 1 ]
Dan firman-Nya :
“Artinya : Katakanlah Aku berlindung kepada Tuhan manusia. Penguasa manusia”. [An-Naas : 1-2 ]
[10]. Dalil Istighatsah (Meminta Pertolongan Untuk Dimenangkan Atau Diselamatkan).
Firman Allah Ta’ala.
“Artinya : (Ingatlah) tatkala kamu meminta pertolongan kepada Tuhanmu untuk dimenangkan (atas kaum musyrikin), lalu diperkenankan-Nya bagimu”. [Al-Anfaal : 9 ]
[11]. Dalil Dzabh (Penyembelihan).
Firman Allah Ta’ala.
“Artinya : Katakanlah. Sesungguhnya shalatkku, penyembelihanku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah Tuhan semesta alam, tiada sesuatu-pun sekutu bagi-Nya. Demikianlah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama kali berserah diri (kepada-Nya)”. [Al-An'am : 162-163 ]
Dalil dari Sunnah.
“Artinya : Allah melaknat orang yang menyembelih (binatang) bukan karena Allah”.
[12]. Dalil Nadzar.
Firman Allah Ta’ala.
“Artinya : Mereka menunaikan nadzar dan takut akan suatu hari yang siksanya merata di mana-mana”. [Al-Insaan : 7]