REFLEKSI MAULUD NABI MUHAMMAD SAW 1433 H

Assalamu'alaikum... Maulud Nabi yang tiap tahun kita peringati sebenarnya bukan sebuah sunnah dari Nabi SAW. Akan tetapi tidak ada larangan bagi umat Islam untuk merayakannya, sebagai sebuah bentuk cinta terhadap Rasul SAW. Akan tetapi yang harus kita pahami bersama adalah jangan sampai perayaan maulud itu menjurus kepada pengkultusan. Ingat Nabi juga seorang manusia biasa, beliau melarang umatnya untuk mengkultuskan bahkan sampai pada arah mensejajarkan Nabi dengan Rabb kita, Allah SWT. Sayangnya di negara kita acapkali ritual memperingati maulud Nabi menjurus kepada kesyirikan, diantaranya mencuci piring pusaka, seperti di keraton kasepuhan cirebon atau mencuci benda pusaka lain. Yang kemudian bekas air cuciannya diperebutkan karena dianggap membawa berkah bagi yang memperolehnya.Lantas dimana Allah, Tuhan Yang Maha Esa? Sebagai seorang muslim yang sejati yang harus kita lakukan sebagai sebuah refleksi tahunan dalam memperingati maulud Nabi adalah menghidupkan sunnah-sunnah beliau. Seperti hadits yang diriwiyatkan oleh Ibnu Majjah : "Barangsiapa menghidupkan satu sunnah dari sunnah-sunnahku, lalu diamalkan oleh manusia maka ia akan mendapatkan (pahala) seperti pahala orang yang mengamalkannya". sungguh merugi bagi kita yang hanya merayakan maulud Nabi tapi sunnah-sunnah Nabi malah ditinggalkan. Shalat malam (tahajud), puasa senin kamis, shalat dhuha, shodaqoh dan yang lainnya merupakan amaliyah yang selalu dikerjakan oleh Rasul, tetapi banyak diantara kita yang masih malas bahkan secara sengaja meninggalkan sunnah beliau tersebut. Akhirnya marilah kita rayakan maulud Nabi 1433 H tahun ini bukan hanya dengan selamatan -yang menjadi tradisi di beberapa daerah-, tapi yang terpenting adalah menghidupkan sunnah-sunnah Rasul dalam kehidupan kita sehari-hari. Wassalamu'alaikum...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar