BURUNG GARUDA, kebanggaan kita semua

Dari awal kita masuk Taman Kanak-kanak hingga kita lulus kuliah, kita hanya memperhatikan (tanpa terpikirkan) burung garuda kepalanya selalu menengok ke kanan? Mungkin gaya di kemudian hari sang garuda menengokan kepalanya ke kiri....???
Semenjak bayi hingga kita dewasa kita selalu di ajarkan untuk selalu mendahulukan yang kanan ketimbang yang kiri. Contohnya, makan harus dengan tangan kanan (sebab tangan kiri untuk cebok), menerima pemberian sesuatu dari orang lain harus dengan tangan kanan (sebab tangan kiri untuk cebok). Bahkan dalam ajaran Islam pun, kita di titahkan untuk selalu mendahulukan yang kanan termasuk melangkahkan kaki sebelah kanan terlebih dahulu ketimbang kaki sebelah kiri. Nah, dari sini say dapat menarik garis pemahaman bahwa kanan adalah identik dengan kesopanan dan nilai kebaikan.... dan berangkat dari kesopanan dan nilai kebaikan inilah, semenjak kemunculannya sang garuda kepalanya selalu menengok ke arah kanan.
Begini, jika kita ingin memahami mengapa Burung garuda mencuat dalam sidang di BPUPKI dan PPKI ketika bapak-bapak pendiri negara bangsa ini (the founding father) saling bersinergi untuk merumuskan the way of life (pandangan hidup bernegara). Jawabannya sederhana, karena burung garuda adalah sosok burung yang kuat dan perkasa dan ia pun dapat melesat dan terbang tinggi jauh ke angkasa!! Dari sini saya juga bisa menarik garis pemahaman bahwa, rupa-rupanya antara nilai kesopanan, nilai kebaikan, keperkasaan dan cita-cita (baca: Filosofi Grondslag) disematkan pada sosok lambang negara bangsa ini yakni: GARUDA PANCASILA.
Akan tetapi ada hal yang berbeda yang saya dapatkan ketika saya dan keluarga berkunjung ke Gunung Kombang di Pantai Ngliyep, Donomulyo, Kabupaten Malang. Di daerah yang terkenal sakral itu ada sebuah lokasi peribadatan, entah untuk agama apa, karena ketika saya baca sebuah monument yang diresmikan pada tahun 2008 itu, ada sebuah tulisan yang menurut saya berbahasa Thailand - saya tidak sempat mencatat karena tidak bawa pena -. Di sebelah rumah peribadatan Itu yang kayaknya hanya dipergunakan sekali setahun - karena terlihat dari gembok pintunya yang sudah karatan - ada sebuah patung burung garuda yang saya pastikan burung garuda itu adalah garuda pancasila, karena kaki burung garuda itu mencengkeram pita bertuliskan “bhinneka tunggal ika” dan di dadanya ada 5 simbol pancasila, pendek kata burung garuda itu tidak jauh beda dengan burung garuda pancasila lambang Negara kita. Yang membuat saya sedikit bingung – sampai detik ini masih bingung – adalah kepala garuda yang saya lihat di pulau kombang adalah kepala burung garuda itu menghadap lurus ke depan, bukan menengok ke sebelah kanan seperti burung garuda lambang Negara kita.
Yang sampai saat ini pertanyaan yang masih bergulat di benak saya adalah apa makna di balik perbedaan itu. Dari jenis burungnya sama, dari tulisan pada pita yang dicengkeram pun sama dan dari symbol pada dada garuda itu pun sama. Akan tetapi kenapa posisi kepalanya berbeda. Beberapa hari ini saya mencoba mencari informasi terkait tentang sejarah lambang Negara kita. Akan tetapi yang terkait dengan posisi kepala burung garuda itu ke depan, menengok ke samping kanan tidak berhasil saya ketemukan. By the way, yang terpenting bagi saya sekarang adalah saya tetap bangga menjadi warga Negara sebuah bangsa yang memiliki sebuah symbol Negara burung garuda yang menggambarkan kegagahan dan kehebatan bangsa Indonesia. Akan tetapi kondisi yang sekarang kita hadapi dan yang menohok kesadaran kita dari praktek-praktek kenegaraan negarawan kita adalah menggejalanya fenomena korupsi. Nah, ini dia salah satu hal yang hina dina di mata nilai-nilai pancasila. Dalam butir ke 5 pancasila disebutkan bahwa keadilan sosial ditujukan bagi seluruh rakyat Indonesia. Nah, kalau “keadilan” hanya ditujukan oleh segelintir orang (baca: kapitalisme) dan para koruptor, apa namannya kalau bukan merupakan aksi pengkhianatan terhadap pancasila? Dan juga, ternyata apa, sama sekali tidak bijak dan hikmat, permusyawaratan yang diamanatkan oleh butir 4 pancasila juga dikhianati. Permusayawaratan hanya dilakukan oleh segelintir orang, rakyat hanya diletakan dipinggir jalan saja, sebagai penonton yang dikorbankan. Apakah hal itu manusiawi, sebagai mana diamanatkan oleh butir 2 (kemanusiaan yang adil dan beradap). Sungguh mereka telah bercerai dengan rakyat, dan berselingkuh dengan para neoliberalisme. Padahal butir 2 pancasila mengamanatkan para pemimpin itu bersatu dengan rakyat, bukan malah berselingkuh. Lagi-lagi terjadi penjungkir balikan terhadap pancasila. Terus yang terakhir, para pemimpin itu sebenarnya tidak menjadikan Tuhan sebagai penuntun mereka untuk mengurus negara bangsa ini, namun yang menuntun mereka adalah tuhan-tuhan materi (nafsu duniawi). Coba perhatikan pembelian mobil mewah, kenaikan gaji.

1 komentar:

  1. lambang garuda dan rajawali adalah salah satu icon freemason ,setiap negara yg telah mereka kuasai pasti memakai lanbang burung ini yg kepalanya menengok ke kanan indonesia sejak zaman kolonial sudah menjadi anggota mereka,pusat freemason adalah amerika serikat,oleh karena itu jangan heran setiap calon pemimpin negeri ini selalu ke US pada bulan2 tertentu...untuk upacara2 mereka.

    BalasHapus